Sunday, September 18, 2016

Nyamuk Kena Hujan Setara Manusia Ditabrak Bus, Tapi Tetap Hidup





Inilah sebuah teka-teki. Air hujan bukanlah sahabat nyamuk.
Jika Anda seekor nyamuk dan sedang melesat  pada hari hujan, tetes hujan yang jatuh tepat di atas tubuh anda, pertama-tama, ukurannya sama besar seperti Anda, dan yang lebih berbahaya, mereka lebih padat.

Air itu berat sehingga setetes hujan saja mungkin memiliki 50 kali massa tubuh Anda, yang berarti bahwa jika satu tetes air hujan mengenai Anda memukul antara sayap, maka rasanya akan menyakitkan.
Rasanya badan sudah rata seperti kue dadar.

Sebuah penelitian mengatakan nyamuk yang terkena hujan kira-kira setara dengan manusia yang ditabrak oleh bus sekolah, bus memiliki kekuatan sekitar 50 kali massa seseorang.
Dan lebih buruk, ketika hujan deras, setiap nyamuk akan terpukul tetes hujan, diserempet, atau didorong oleh hujan setiap 25 detik.
Jadi hujan pasti berbahaya untuk nyamuk.

Namun (Anda mungkin belum melihatnya, tapi percayalah), ketika hujan mereka merasa sedikit kesakitan di bagian lehernya namun mereka tetap bahagia melesat di udara, semakin bersuara dan mereka tidak peduli.
Air hujan, untuk beberapa alasan, tidak mengganggu mereka.
Mengapa tidak? Mengapa nyamuk tidak terluka?

Bagaimana Nyamuk Selamat dari Tetes Hujan?
Nah, pada tahun 2012 David Hu, seorang profesor teknik mesin di Georgia Tech, tertarik pada masalah ini dan memutuskan untuk melempari beberapa nyamuk laboratorium udara dengan tetesan air dan disyuting  dengan kamera berkecepatan tinggi  4.000 menjadi 6.000 frame per detik bukan kecepatan yang biasanya 24.

Dengan cara itu ia bisa menonton mereka dalam gerakan super lambat dan mencari tahu apa yang mereka lakukan ketika mereka keluar dalam hujan.
Apa yang dia temukan adalah bahwa sebagian besar waktu nyamuk Anopheles tidak bermain lempar bola dengan hujan.

Mereka terkena pukulan tetapi biasanya tidak di pusat, hujan jatuh di kaki kurus panjang mereka, yang melebar ke enam arah.
Hujan  dapat membuat mereka bergulir dan bergoyang, tapi mereka akan sembuh dengan cepat dalam seperseratus detik.

Tetapi bahkan dalam kasus terburuk, di mana nyamuk mendapat pukulan tepat antara sayap bisa terjadi tabrakan maut karena nyamuk sangat ringan dibandingkan dengan hujan deras.
Nyamuk tidak menawarkan banyak perlawanan, dan hujan seperti besar barel berguling di antara nyamuk yang tampaknya seperti penumpang sedang menunggu kedatangan.

Hujan yang menabrak lebih besar hewan yang sedikit lebih berat, seperti capung, hujan akan "merasa" tertabrak dan kehilangan momentum.

Tetes hujan bahkan mungkin pecah karena benturan, dan menunjukkan bahwa hujan akan mengalamai transformasi nama dari sebutan tetes hujan menjadi pemukul serangga hingga mati.
Tetapi karena nyamuk begitu rampingnya, hujan bergerak, tanpa hambatan, dan hampir setiap kekuatannya akan menjadi pukulan terhadap nyamuk.



Semua itu terjadi, nyamuk tiba-tiba dihantam oleh hujan dan menemukan dirinya meluncur ke tanah dengan kecepatan kira-kira sembilan meter per detik, percepatan yang akan menjadi sangat tidak nyaman, karena hantaman itu memberikan tekanan besar pada tubuh serangga, hingga 300 gravitasi, kata profesor Hu.
300 Gs adalah jumlah tekanan yang cukup gila.

Eric Olsen, di blog-nya di Scientific American, mengatakan pilot jet saja mempercepat diri keluar darilingkaran loop-de-loop mengalami "hanya sekitar sembilan gravitasi (88 / m / kuadrat)."

Orang membayangkan semua pipinya amburadul, wajahnya sempit merapat, tapi itu terjadi pada kulit bagian halus.

Tapi kita berbicara nyamuk di sini. Kepala mereka lebih keras. Mereka memiliki tulang punggung. Kecepatan benda jatuh mendadak tidak melukai banyak, tapi apa yang seharusnya ditakutkan nyamuk, yang mereka takutkan adalah kecelakaan saat mendarat di tanah. Tanah jauh lebih sulit untuk nyamuk.

Jadi yang harus dilakukan nyamuk  adalah menghindar secepat mungkin dari serangan hujan.
Dan inilah bagian terbaik: Dalam kebanyakan tembakan hujan langsung dalam penelitiannya, Hu dan rekan menulis, serangga membawa lima sampai 20 ukuran panjang tubuhnya ke bawah, dan kemudian,dengan anggunnya serangga mungkin dibantu oleh lapisan padat berlapis lilin, menolak air, akan berdiri bangkit dan "berjalan" ke samping, kemudian melangkah ke udara, hampir seperti anak sekolah turun dari bus (meskipun bus bergerak cepat melesat). Ini seperti cerita blak-blakan, bukan masalah besar.

Seekor nyamuk, Hu menulis, "selalu mampu memisahkan diri dari tetes hujan dan memulihkan penerbangannya." Selalu. (Kecuali hujan mehantam mereka terlalu dekat dengan tanah.) Jika Anda ingin melihat ini untuk diri sendiri, lihatlah video Hu.

Pesan moral yang perlu kita miliki di sini, bahwa jika Anda seorang nyamuk melesat pada hari hujan, carilah tempat yang  tinggi dari tanah, dan jika Anda seorang manusia yang khawatir tentang keselamatan nyamuk (sepertinya hanya sedikit yang khawatir), Anda move on saja.
Nyamuk sudah bisa memecahkan masalah ini sekitar 90 juta tahun yang lalu.*


*Diterjemahkan oleh Annisa Hidayat
dari: National Geographic, terbit di Tribun Bali.

Wednesday, August 17, 2016

Saturday, July 16, 2016

pohon, kota, dan laut

 puisi-puisi yang terbit di korang minggu
  

aku datang ke kotamu

aku datang ke kotamu
dan jalan tak lagi biru
lewati rumah-rumah roti
kita akan duduk di bangku taman
melihat pejalan kaki menuju barat
pada langit yang meremang
dan baquet bunga mengembang
di sepanjang terotoar

aku ingat kau,
kekupu ungu dengan jarak ribuan mil

Bandung,  2016


pinus di suram malam 

sebuah pinus
berdiri menghadap samudera
di bawah cahaya bulan
bayangannya kelam
serupa hantu lelaki tua
bergeming di suram malam
tiap kali angin memukul dahan
daunnya bergetar penuh beban
saat badai menghantam
ia memiliki sepasang lengan
kurus kering memeluk bayangan

Bandung, 2016



dekat laut dalam

ini bukan pelayaran terakhir
selamat jalan manisku
kata semacam fotograf masa lampau
tak perlu pesta perpisahan
biar petang redup di keheningan

sementara kita memotret
tiap degup ke berapa
kenang muncul di remang dada
pada detak ke berapa ingatan
seperti denging senjakala

aku menjelma kau
menyelam merupa kau
sedang  hujan begitu sebentar
menahan rintik yang gemetar

di dekat laut dalam
kita belum lama tenggelam
pada hari yang mau malam
biarlah kecupan yang membersihkan


takdir pohon cemara

kamulah pohon cemara
kutiinggalkan di kaki bukit
di antara angin-angin selatan
sungguh Tuhanlah
membuatmu berjalan
menjauh dan mendekat
kemanapun aku pergi
karena  untukkulah
hujanmu dan kemarau
daunmu berkilau di pagi yang hangat
aku akan melihatmu meski dalam kebiruan
ketenangan terbuat dari kedalaman
masih kau dengar suara kita?
semesta yang kaya


(Terbit di Tribun Bali edisi Minggu 12 Juni 2016)